Featured Post

Berikut ini Beberapa Mitos Seputar Anak Kecil Yang Beredar di Masyarakat

Bagaimana Cara Menyikapi Cobaan Hidup Hindari Bunuh Diri

ALUR ritme kehidupan memang sulit ditebak. Kerap kali persoalan-persoalan hidup yang begitu rumit, melengkapi sekaligus mewarnai hidup.

Hindari Bunuh Diri
Menyikapi Cobaan Hidup

Disisi lain, dalam diri kita juga terdapat nafsu yang kehendaknya selalu berseberangan dengan akal. Ia menuntut kita untuk gegabah memilih keputusan, mengajak kita memperkeruh persoalan bahkan menjauhkan kita dari fitrah kemanusiaan.

Karena itu kita harus berusaha membuatnya tunduk dibawah akal dan mampu mengendalikannya.

JANJI ALLAH

Allah berfirman: "Dan kami pasti menguji dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, dan jiwa raga dan buah-buahan. (QS. Al-Baqarah (2) 155). 

Dalam ayat ini ditegaskan, bahwa Allah akan memberikan berbagai macam bentuk cobaan sebagai ujian guna menakar nilai ketakwaan dan keimanan seseorang. Secara umum cobaan itu meliputi ketakutan dan kekhawatiran yang membuat hati kita ciut dan kerdil oleh bencana, baik dalam skala kecil ataupun besar.

Kondisi semacam ini memancing nafsu untuk menumbuhkan amarah sehingga tidak jarang dari kita harus menyalahkan atau memaki diri sendiri yang mengantarkan pada keputusasaan, merasa di ujung sana tidak ada hari cerah menanti.

Di lain waktu, kita pun sering dihimpit krisis finansial yang berujung pada kekurangan sandang dan pangan, kebutuhan primer yang seharusnya terpenuhi kini tersendat-sendat oleh keterbatasan, saat inilah hidup ini terasa sempit dan membosankan.

Maka disinilah nafsu menjelma seolah-olah menjadi sebagai pahlawan, menginstruksikan kita untuk mencari jalan keluar dengan berbagai cara yang tentunya akan menerobos aturan-aturan agama.

Apa Yang Harus Kita Lakukan Dalam Menghadapi Cobaan

Lebih lugasnya, kita harus meyakini bahwa kita dan apa yang berada dalam genggaman kita adalah milik Allah semata. Kita pun harus tabah dan bersabar atas semuanya, sebab ujian adalah sunnatullah. Karena jelas dalam ayat di atas, Allah SWT akan menumpahkan berbagai macam cobaan kepada seluruh kaum muslimin tak terkecuali Rasulullah Saw dan para sahabatnya.

Cobalah introspeksi diri barang kali cobaan yang kita hadapi adalah akibat dari kesalahan yang kita perbuat. Perbanyaklah membaca istighfar.

Yakinlah bahwa Allah Maha pengasih, penyayang dan maha pemurah, mintalah kepada-Nya agar diberikan ketabahan menghadapi cobaan yang kita alami.

Selain itu, kita juga harus percaya bahwa apa yang telah digariskan terhadap kita adalah kebenaran, keadilan dan kebaikan Sang Pencipta dan dibalik itu ada berjuta hikmah untuk diri kita sendiri. Karena apapun kepastian Tuhan, wujudnya tidak dapat dipisahkan dari kebenaran. Karena itu, kewajiban kita satu-satunya adalah pasrah, rela dan tanpa perlu khawatir.

Allah berfirman: 

“Setiap bencana yang menimpa di muka bumi dan yang menimpa kamu, semuanya sudah tertulis dalam Kitab (lauh mahfudz) sebelum Kami ciptakan. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah, agar kamu tidak merasa sedih atas apa yang luput darimu, dan tidak pula kamu terlalu senang dengan apa yang telah diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri” (QS. al-Hadid [57]: 22-23).


ARTI SABAR
Tentu saja, kesabaran sangat penting ketika masalah atau bencana menimpa dan melukai. Siapa saja bisa bersabar ketika musibah telah reda dan dingin, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: 


“Kesabaran hanya saat kali pertama membentur" (HR. Bukhari).


Menurut Hasan al-Bashri, kesabaran adalah ketabahan atas hukum-hukum Allah yang dituangkan dalam al-Qur'an dan as-Sunnah (syari'ah). Karena dalam arti luas, kesabaran bukan hanya saat ditimpa masalah atau ditimpa musibah, akan tetapi juga saat melaksanakan amalan syariat, apakah menjalankan ketaatan yang biasanya penuh dengan kesulitan (masyaqqah) atau ketika menghindari laragan yang umumnya menyenangkan.

Imam Ruwaim, mengartikan sabar dengan tidak mengeluh dan tidak menyesali apa yang terjadi. Namun, jika hanya sebatas menampakkan musibah tanpa mengisyarahkan keluh kesah, bukan berarti hal tidak sabar.

Sebab hal ini dibuktikan dalam Al Qur'an bahwa Nabi Ayyub berkata: "... (Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau Maha Penyayang dari semua Penyayang" (QS. Al Anbiya' [ 21] : 83)

dan Allah berfirman: "...Sesungguhnya Kami menemukan dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dia adalah hamba yang terbaik, sungguh dia sangat taat". (QS. Shad [38]: 44).

Al-Ustadz Abu Ali menyatakan kesabaran itu tidak memprotes nasib yang telah ditetapkan. Sedangkan Dzun Nun, al Mishri mengartikannya sebagai meminta pertolongan ketika musibah datang. Namun sepertinya beberapa pandangan ulama salaf dalam mendefinisikan kesabaran bermuara pada titik yang sama, ketahanan jiwa.

HIKMAH DIBALIK MUSIBAH 

Setidaknya ada beberapa hikmah dibalik cobaan yang kita alami.

Pertama, membentuk mental dan kepribadian yang mandiri.

Kedua, mengangkat derajat kita di sisi Allah. Ketiga, melebur dosa dan kesalahan. Rasulullah bersabda: "Tiada seorang mukmin tertimpa bencana, kesusahan, sakit, kegelisahan hingga sebatang duri menyakitinya kecuali sebab itu Allah akan melebur kesalahan-kesalahannya. (HR. Bukhari-Muslim).

Keempat, bergegas kembali kepada Allah, sebab manusia cenderung lebih mudah kembali kepada Allah saat merasa lemah serta tak berdaya dan ia justru lebih mudah lalai saat berada dalam posisi lapang dan bahagia.

Kelima, menjadikannya bahan renungan atas perilaku kita, karena terkadang musibah juga menimpa sebagai teguran atas prilaku manusia. Allah berfirman: "Dan apa saja musibah yang menimpa, maka itu disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar (kesalahan-kesalahanmu)." (QS. Asy-Syura [42]: 30). Barangkali hikmah-hikmah ini hanyalah setetes dari lautan hikmah ilahiyah yang tidak dapat dijangkau dan dirumuskan.

ISTIRJA'

Firman Allah SWT: Dan sampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata (dengan hati dan lisan) "inna lillahi wa inna ilaihi raji'un". (QS. Al-Baqarah [2]: 155-156).

Kalimat ini dikenal dengan kalimat istirja', yang terbagi atas dua bagian yaitu inna lillahi (sesungguhnya kami adalah milik Allah) yang merupakan ikrar akan kelemahan diri, sedikitpun tidak mampu menampik kehendak-Nya. Berserah diri adalah satu-satunya pilihan terbaik bagi kita.

Sedangkan wa inna ilaihi raji'un (dan sungguh kepadanya kita akan kembali) menunjukkan keyakinan bahwa Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan amal perbuatan tidak terkecuali pahala ketabahan dan kesabaran." Allah SWT berfirman:" Mereka itulah (orang-orang sabar) yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka orang-orang yang mendapat petunjuk (menuju surga). (QS. Al-baqarah [2]: 157). 


Kalimat istirja' dianjurkan diucapkan saat musibah menerpa. Diceritakan pada suatu malam lentera Rasulillah SAW. seketika padam, spontan beliau berkata "inna lillahi wa inna ilaihi raji' un!". Melihat itu salah seorang sahabat bertanya:" Apakah itu musibah wahai Rasul?" "segala sesuatu yang menyakiti orang mukmin adalah musibah" jawab beliau.

Syaikh Ismail Haqi menyebutkan bahwa mengucapkan kalimat istirja' memiliki beberapa faedah,
Yang pertama menutup kesempatan setan mendorong seorang mengucapkan perkataan buruk saat musibah menimpa yang lumrahnya manusia lepas kendali saat itu.

Kedua, meredam emosi dan meringankan beban hati.

Ketiga, saat orang lain mendengarkan ia pun akan mengambil pelajaran darinya. Keempat, menambatkan keyakinan serta rela atas garis takdir yang ada bahwa pahala besar akan diraihnya.

Demikianlah beberapa ulasan tentang cara bagaimana sebenarnya kita menyikapi Cobaan hidup. Mudah-mudahan bermanfaat.

Komentar